Membagikan Pengalaman kepada Anak Didik

MEMBAGIKAN PENGALAMAN KEPADA ANAK DIDIK MERUPAKAN SALAH SATU TEKHNIK MEMOTIVASI MENGARANG


Oleh Sardono Syarief *)



Ketika saya diminta oleh salah seorang kepala sekolah di salah satu SMP untuk membagikan pengalaman tentang dunia mengarang kepada siswa-siswinya, saya sempat kelabakan. Pasalnya, bila permintaan tersebut saya tolak, tentu sang kepala sekolah tadi akan tersenyum geli. Mengapa pengarang dimintai untuk memberi sedikit motivasi
tentang dunia kepengarangan kepada anak didik kok tidak sanggup? Sebaliknya, bila permintaan tersebut saya terima, apa sajakah yang mesti saya sampaikan kepada mereka? Mampukah saya?

Rupanya permintaan Pak Kepala Sekolah tadi merupakan pekerjaan rumah yang cukup berat bagi saya. Karena, mampukah saya membagikan pengalaman kepada siswa-siswi SMP yang jauh sebelumnya sama sekali tidak pernah saya kenali latar belakang kemauannya?

Darilah itu, untuk beberapa saat permintaan tersebut saya renungkan. Saya olah dengan pikiran jernih. Semua saya kembalikan kepada rasa tanggung jawab saya sebagai seorang pengarang. Walau sekecil apapun saya yakin kalau saya telah lebih dahulu mengantongi pengalaman tentang dunia mengarang dibanding anak didik Pak Kepala SMP tadi. Itu karenanya, permintaan sang Kepala Sekolah tadi pun akhirnya saya sanggupi dengan hati penuh optimis (bahwa saya tentu bisa)! Hingga pada hari dan tanggal yang telah ditentukan, saya harus berhadapan dengan sekitar 50 anak didik dari teman saya untuk bercerita tentang pengalaman saya sebagai pengarang cerita maupun puisi

Awalnya, saya ceritakan tentang suka dukanya sebagai pengarang. Sukanya menjadi pengarang -cerita saya- apabila karangan yang saya tulis dapat dimuat atau diterbitkan di media massa (koran, majalah atau buku). Bukan main senang hati saya. Sebab di samping banyak orang akan mengenal nama dan membaca hasil karangan saya, pada saat tertentu saya pun bakal menerima honor (royalty=upah) dari tulisan tersebut. Dengan demikian, bukankah saya jadi senang karena banyak orang mengenal nama saya? Bukankah saya juga akan merasa senang karena bakal mendapat uang? Sedangkan dukanya, bila karya yang saya tulis tidak dimuat atau ditolak penerbit media massa. Bisa-bisa hati ini putus asa dan tidak ingin mengarang lagi. Namun hal ini tidak boleh terjadi!

Saya katakan kepada anak-anak, bahwa penolakan itu wajar-wajar saja. Karena hampir semua pengarang besar di negeri ini saat merintis mengarangnya dulu juga pernah mengalami hal yang sama. Karena mereka tak berkecil hati, tabah, ulet, optimis lagi mau bekerja keras dalam berkarya, maka nama mereka pun akhirnya menjadi besar lewat karya-karya yang mereka tulis di kemudian hari.

Mendengar cerita saya seperti di atas, anak-anak pun tampak antusias. Mereka banyak yang tertarik dan mengacungkan jari, mengajukan pertanyaan.

“Maaf, Pak! Kiranya karya apa saja yang Bapak tulis?”tanya salah seorang anak dari deretan depan.

“Bapak menulis puisi, juga cerita,”jawab saya.

“Gampang mana antara menulis puisi dengan cerita, Pak?”tanya anak yang lain.

“Pada mulanya, keduanya terasa sulit. Namun setelah terbiasa, kesulitan itu jadi hilang.”

“Terus, berapa rupiah besarnya honor yang Bapak terima?”

“Bervariasi.Tergantung dari media yang memuat karya kita,”jawab saya. “ Ada yang bisa memberi honor banyak ada pula yang sedang.”

“Banyak berapa, Pak?”tanya anak yang lain.

“25 ribu hingga 75 ribu rupiah untuk puisi. 100 ribu hingga 250 ribu rupiah untuk cerita,”jawab saya.

“Wah, lumayan banyak ya,Pak?”celetuk salah seorang anak dari baris belakang.

“Ya!”sahut saya. “Lebih-lebih bagi anak-anak seperti kalian. Uang sebesar itu tentu bisa untuk menambah uang saku. Bisa pula ditabung untuk membeli kebutuhan alat tulis bukan?”

“Iya, Pak…!”sahut anak-anak ramai.

“Nah, apakah kalian tidak berkeinginan untuk bisa mengarang, Anak-anak?”

“Ingin, Pak….!”sahut anak-anak lebih ramai lagi.

“Nah, kalau ingin, coba mengaranglah sejak sekarang! Jangan takut salah! Tulis dan tulislah kalimat demi kalimat yang terlintas di hati dan perasaan kalian! Kemudian coba kalian kirimkan ke redaksi majalah atau surat kabar yang biasa kalian baca. Siapa tahu keinginan kalian untuk bisa mengarang bakal segera menjadi kenyataan!”

“Baik, Pak. Kami akan segera mencobanya…!”sahut salah seorang anak yang terlihat sangat antusias mewakili teman-temannya.

Melihat tanggapan anak-anak tadi, saya jadi senang. Dengan bercerita pengalaman tentang mengarang, ternyata bisa memancing kemauan anak-anak untuk berbuat serupa.. Lebih-lebih ada bimbingan khusus dari pihak teman saya, sang Kepala Sekolah tadi yang penuh perhatian terhadap anak didiknya di bidang keterampilan mengarang. Tentu akan bertambah cepat proses dan hasilnya. Hingga pada akhirnya akan lahirlah generasi pengarang baru dari sekolah yang bersangkutan. ***
---------------------------
* Sardono Syarief: Penulis puisi dan cerita anak-anak
d.a. SD Negeri 02 Lumeneng
Paninggaran – Pekalongan 51164
E-mail: sardonosyarief@yahoo.co.id

0 komentar:

Posting Komentar