Menggunakan Engine Blogspot

blog mgmpSejak web ini diaktifkan sekitar dua tahun yang lalu, wordpress menjadi mesin utama untuk menggerakkan piranti yang terdapat di dalamnya. Namun, sekitar sepekan yang lalu, web ini tiba-tiba error. Dari pihak hosting menyampaikan informasi bahwa quota untuk blog ini sudah di atas ambang batas, sehingga tidak sanggup lagi digunakan untuk menggerakkan organ-organ penting di dalamnya. Ibarat kena stroke, blog ini jadi lumpuh total. Maklum, hosting yang digunakan yang model gratisan, sehingga tidak bisa berbuat apa-apa, kecuali hanya mengelus dada dengan napas sesak.

Walhasil, saya pun berulang-ulang untuk mencoba lagi menggunakan mesin wordpress pada hosting gratisan yang berbeda. Namun, celaka, domain mgmpbismp.co.cc ternyata sudah tidak bisa di-addon atau di-parked. Terpaksa, saya mendaftar domain baru yang gratis pula di co.cc dengan alamat domain mgmpbismpkendal.co.cc bermesin wordpress. Yang ingin menengok keberadaan blog dengan domain baru bisa dilihat di mgmpbismpkendal.co.cc. Namun, kalau harus pindah domain, berarti harus menelantarkan nasib para pengunjung yang akan bertandang di mgmpbismp.co.cc.

Alhamdulillah, setelah sedikit berjibaku untuk tetap menggunakan domain mgmpbismp.co.cc akhirnya berhasil juga meski menggunakan mesin yang berbeda, yaitu blogspot. Ternyata blogspot juga tak kalah menarik dibandingkan wordpress. Setelah browsing untuk mencari template yang cocok, akhirnya jadilah blog MGMP Bahasa Indonesia SMP Kab. Kendal seperti yang kita lihat saat ini.

Terima kasih kami sampaikan kepada rekan-rekan sejawat yang telah berkenan ikut serta menghidupkan web ini dengan selalu rutin untuk mengunjunginya. Semoga silaturahmi kita bisa terus berlanjut. Nah, salam peduli anak bangsa. Tetap semangat! ***
(Baca lanjutannya ....)

Atmosfer Penciptaan dalam Sebuah Komunitas

Oleh: Sawali Tuhusetya

Sesungguhnya, kreativitas penciptaan, khususnya dalam dunia kepenulisan, merupakan wilayah personal, merdeka, dan otonom. Bahkan, ada yang meyakini bahwa dunia kepenulisan merupakan “dunia panggilan” yang sangat erat kaitannya dengan bakat dan talenta. Konon, tanpa bakat dan talenta, seseorang tak akan pernah memiliki “dunia panggilan” sebagai seorang penulis besar. Benarkan demikian?

putuwijayadanartogustfsakaikuntowijoyoNH DiniRendraseno_gumiraTaufikIsmailSutardji_Calzoum_Bachriumar_kayamYa, ya, ya! Kalau kita mengikuti alur sejarah, seorang penulis besar memang dilahirkan oleh zamannya. Almarhum Pram, misalnya, dia menjadi besar justru karena mengalami berbagai peristiwa kelam yang sarat dengan penindasan dan tekanan. Perpaduan atmosfer represif yang terus menderanya, ditopang minat besar dan semangat perlawanan yang luar biasa, diakui atau tidak, telah membawanya pada suasana kreativitas yang menggelora dan membadai dalam kepekaan imajinasinya. Dalam suasana tertekan, Pram justru terpacu untuk memburu jatidiri lewat jalan pena yang bertahun-tahun digelutinya. Namun, sebelum melahirkan karya-karya masterpiece, adakah orang yang berani menjamin kalau Pram memang memiliki bakat dan talenta menulis? Bisakah diketahui dengan pasti bahwa si Polan adalah seseorang yang punya bakat besar di bidang kepenulisan sebelum melahirkan teks-teks kreatif yang meluncur dari tangannya?

Bisa jadi memang ada pengaruh bakat atau talenta sebagai anugerah Tuhan yang dibawa sejak lahir ketika seorang penulis menyandang nama besar. Namun, mereka diyakini tak lahir begitu saja sebagai seorang penulis, tetapi melalui sebuah proses. Bahkan, bukan mustahil bakat itu jadi sia-sia kalau tak diasah, dipertajam, atau dikembangkan lebih lanjut. Yang justru akan menjadi kendali seorang penulis adalah minat dan semangat besar, ditopang dengan ketekunan untuk mengasah kemampuan dan menggali potensi diri hingga talenta itu benar-benar mencuat ke permukaan. Pengalaman literer dinilai juga memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap serajat kepengarangan seseorang. Secara otodidak, mereka mencoba mengakrabi berbagai bacaan berbobot literer tertentu sehingga secara tidak langsung menempa kepekaan intuitifnya atau mengembangkan daya jelajah imajinatifnya.

Yang tidak kalah penting, jelas atmosfer kreativitas yang mendukungnya. Atmosfer kreativitas tak selalu identik dengan suasana kemanjaan dan kemerdekaan berkreasi. Situasi yang serba tertindas dan tertekan bisa juga dimaknai sebagai sebuah atmosfer kreativitas yang bisa mendorong seseorang untuk terus berkarya sebagai upaya untuk mendapatkan legitimasi kepenulisan di tengah deraan nasib yang menelikungnya.

Dalam konteks demikian, betapa perlunya menciptakan atmosfer kreativitas sebagai media untuk membangun ruang-ruang berkreasi, khususnya bagi calon-calon penulis. Mereka butuh banyak asupan kreativitas dari orang-orang sekelilingnya untuk memacu semangat dan “adrenalin”-nya dalam mengasah potensi yang ada dalam dirinya. Oleh karena itu, lahirnya kantong-kantong dan komunitas-komunitas sastra bisa dimaknai sebagai upaya untuk menciptakan atmosfer kreativitas itu; bukan lantaran sikap latah, apalagi sikap berkenes ria. Dengan kata lain, kehadiran kantong dan komunitas sastra bukan dimaksudkan untuk menggiring sang penulis ke dalam ideologi atau ikatan primordial tertentu. Sebagai sosok yang merdeka dan otonom, sang penulis tetap memiliki kekuatan personal untuk terus tumbuh dan berkembang sesuai dengan karakter dan kekhasan dirinya.

Dalam sebuah obrolan dengan penulis pemula, saya digelisahkan oleh lontaran pendapatnya yang cukup menggelitik untuk dicermati.

“Waktu di SMP dan SMA saya merasa kesulitan menemukan tempat yang nyaman, yang bisa memacu saya untuk belajar menulis. Rata-rata, orang di sekeliling saya cuek dan tak peduli. Saya sangat merindukan sebuah pertemuan yang bisa memberikan saran dan kritik terhadap tulisan-tulisan saya. Namun, selama ini saya belum menemukannya, hingga akhirnya setelah saya bekerja, saya berpendapat bahwa saya memang tak berbakat menjadi seorang penulis!”

Dari nada bicaranya, saya menangkap kesan kuat betapa seorang calon penulis, sebut saja Wulan, amat membutuhkan atmosfer sebuah komunitas yang bisa terus mengasah kepekaan intuisi dan imajinasinya. Memang benar, selama ini seorang pengarang dengan kekuatan personalnya bisa melahirkan karya-karya besar, tanpa harus melalui jalan komunitas. Melalui pengalaman-pengalaman literer dan semangat besarnya, mereka bisa eksis berkreasi hingga tak jarang sanggup melahirkan karya masterpiece. Namun, sungguh, alangkah naifnya apabila kita gagal menyediakan sebuah komunitas yang nyaman buat calon-calon penulis akibat keasyikan kita memburu jatidiri. ***
(Baca lanjutannya ....)

Berakhir Sudah Pelatihan Guru Mapel Bahasa Indonesia Itu

Satu tahap lagi persiapan menghadapi Ujian Nasional terlewati. MGMP Bahasa Indonesia SMP bekerja sama dengan Bidang PMPTK (Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan) Dinas Dikpora Kabupaten Kendal yang difasilitasi melalui Bantuan Keuangan Gubernur Jawa Tengah telah menggelar Pelatihan Khusus untuk Guru Bahasa Indonesia Negeri/Swasta se-Kabupaten Kendal. Kegiatan serupa juga dilaksanakan oleh MGMP lain, baik untuk jejang SMP, SMA, maupun SMK.

Dalam pelatihan tersebut, setidaknya sekitar 80-an peserta terlibat aktif dalam kegiatan yang berlangsung selama tiga kali pertemuan itu. Hal itu terbukti pada saat diskusi berlangsung, terutama pada pertemuan II dan III yang berlangsung pada hari Selasa, 24 dan 31 Maret 2009. Waktu yang tersedia seolah-olah belum cukup untuk menuntaskan permasalahan yang didiskusikan, terutama yang berkaitan dengan pembahasan soal-soal prediksi Ujian Nasional 2009.

Kegiatan diawali dengan refleksi hasil UN 2008 dan analisis SKL (Stándar Kompetensi Lulusan) 2009. Ada beberapa soal UN 2008 yang dinilai membingungkan siswa karena mutu soal yang konon sudah terstandar itu masih memiliki banyak kekurangan, baik dalam materi soal maupun jawabannya. Selain pemilihan teks yang dinilai kurang kontekstual dan sesuai dengan tingkat perkembangan jiwa siswa, juga ditemukan adanya beberapa item jawaban yang sama-sama memiliki kemungkinan sebagai jawaban yang benar. Walhasil, karena selama ini kunci jawaban UN memang tidak pernah diberikan kepada guru, akhirnya disepakati bahwa jawaban terhadap soal-soal semacam itu sama-sama dibenarkan, tergantung kedalaman dan bobot argumen yang digunakan untuk membedahnya.

pelatihan1pelatihan2pelatihan3pelatihan4
Yang tak kalah menarik adalah ketika rekan-rekan sejaat diberi tugas untuk menyusun soal. Selalu saja ada diskusi yang menarik, baik menyangkut soal materi, struktur, maupun kebahasaan. Untuk menindaklanjuti kegiatan tersebut, para peserta diharapkan menggunakan soal produk pelatihan tersebut sebagai bahan uji coba di sekolah masing-masing. Produk kegiatan ini berupa perangkat soal (dalam bentuk CD) yang dibuat oleh para peserta yang terbagi dalam 5 kelompok (Sukorejo, Weleri, Cepiring, Kendal Barat, dan Kendal Timur).

Semoga kegiatan semacam ini bisa memberikan bekal yang cukup bagi rekan-rekan sejawat dalam mempersiapkan siswa didiknya masing-masing agar benar-benar sukses dalam menempuh ujian nasional yang menurut jadwal akan dilaksanakan pada 27 s.d. 31 April 2009. **
(Baca lanjutannya ....)

Agenda Pemberdayaan MGMP

MGMPMUSYAWARAH GURU MATA PELAJARAN (MGMP)
BAHASA INDONESIA SMP
KABUPATEN KENDAL

Sekretariat: SMP 2 Kendal Jalan Soekarno-Hatta No. 187 Kendal Telepon (0294) 381488
===================================================================

Nomor : 020/MGMP.SMP/BI/II/2009
Lamp. : --
Hal : Pemberdayaan MGMP

Yth. Kepala SMP __________________________
di tempat

Dengan hormat,
Guna menindaklanjuti kegiatan pengembangan penulisan Karya Tulis Ilmiah (KTI) yang telah berlangsung di Pendapa Kabupaten Kendal pada tanggal 15 Januari 2009, kami akan menyelenggarakan kegiatan Pemberdayaan MGMP yang akan dilaksanakan setiap hari Selasa dengan jadwal dan materi sebagai berikut:
1. Selasa, 24 Februari 2009: Pengembangan KTSP (Pembuatan Media Pembelajaran I);
2. Selasa, 3 Maret 2009: Pengembangan KTSP (Pembuatan Media Pembelajaran II);
3. Selasa, 10 Maret 2009: Model Pembelajaran;
4. Selasa, 17 Maret 2009: PTK dan Diseminasi;
5. Selasa, 24 Maret 2009: Ujian Nasional dan Penilaian.
Kegiatan tersebut berlangsung di Pokja I dan Pokja II dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Tempat kegiatan : Pokja I (SMP 1 Kendal) dan Pokja II (SMP 2 Kendal);
2. Jumlah Peserta : setiap Pokja terdiri atas 20 peserta;
3. Kegiatan pemberdayaan akan dibuka secara resmi oleh Kabid PMPTK di SMP 2 Kendal.

Berkaitan dengan hal tersebut, kami mohon dengan hormat agar Bapak/Ibu berkenan menugaskan kepada:

Nama : ……………………………..
Guru Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Unit Kerja : ……………………………..

Demikian undangan ini kami sampaikan, dengan harapan Bapak/Ibu berkenan mengabulkannya. Atas perhatian dan kebijaksanaan Bapak/Ibu, kami mengucapkan terima kasih.


Hormat kami,
Sekretaris,

Sucipto, S,Pd.
NIP 131567787

Ketua,

Drs. Sawali, M.Pd.
NIP 132141987

Mengetahui
Pembina MGMP Bahasa Indonesia,

Marti Rohani, S.Pd.
NIP 130678093
(Baca lanjutannya ....)

Dana Block-Grant Pemberdayaan MGMP

mgmpBersama-sama dengan teman pengurus MGMP yang lain, Kamis, 11 Desember 2008, saya hadir dalam acara Sosialisasi dan Sinkronisasi KKG/MGMP di LPMP (Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan) Semarang, Jawa Tengah. Berdasarkan jadwal, sosialisasi untuk KKG/MGMP Kab. Kendal seharusnya berlangsung pada hari Rabu, 10 Desember. Namun, lantaran keterlambatan surat pemberitahuan dan informasi, akhirnya kami datang terlambat. Kondisi ini agaknya sangat dimaklumi pihak LPMP. Bahkan, KKG/MGMP yang dulu pernah menandatangani MoU pencairan dana block-grant masih diberi kesempatan untuk mengikuti sosialisasi dan sinkronisasi tersebut hingga Jumat, 12 Desember 2008.

Seperti telah diketahui, KKG/MGMP sudah dua kali menandatangani MoU untuk kegiatan pemberdayaan 2008. MoU I tentang subsidi dana pemberdayaan sebesar Rp12,5 juta untuk 1 Pokja. MGMP Bahasa Indonesia SMP/MTs Kabupaten Kendal memiliki 2 Pokja, sehingga dana yang diharapkan turun sebesar Rp25 juta. Namun, akibat terjadinya badai tsunami –menurut penjelasan pihak LPMP—dana tersebut tidak bisa turun secara utuh sehingga muncul MoU II (adendum I). Dalam adendum I, terjadi perubahan jumlah dana block-grant. Yang semula teranggarkan Rp25 juta turun drastis menjadi Rp600 ribu.

Terus terang saja, banyak pengurus MGMP yang terkejut dengan perubahan anggaran itu. Proposal kegiatan pemberdayaan sudah tersusun rapi, termasuk kebutuhan anggaran yang digunakan untuk persiapan, pelaksanaan, hingga tindak lanjutnya. Namun, dengan jumlah anggaran sebanyak itu, kegiatan yang sudah tersusun dalam proposal tidak bisa berjalan seperti yang diharapkan.

Alhamdulillah, dana Rp600 ribu seperti yang tercantum dalam adendum I tidak jadi cair hingga akhirnya muncul berita baru tentang perubahan anggaran pemberdayaan sebagaimana tertuang dalam MoU III (adendum II). Dana yang semula Rp600 ribu disesuaikan dengan rencana awal, yakni Rp10 juta (KKG SD), Rp12,5 juta (MGMP SMP), dan Rp15 juta (MGMP SMA/SMK) untuk setiap Pokja. Dana block-grant tersebut hanya diperuntukkan bagi KKG/MGMP yang pernah menandatangani MoU I dan MoU II (adendum I).

Tentu saja, ini merupakan kabar gembira buat MGMP yang selama ini memang mengalami hambatan serius dalam soal penggalian dana. Meski demikian, para pengurus MGMP dan guru pemandu diharapkan dapat menggunakan dana dan menyusun laporan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Mengingat tahun anggaran 2008 akan berakhir pada tanggal 31 Desember 2008, laporan kegiatan dan dana yang digunakan diharapkan sudah selesai disusun sebelum jatuh tempo (28 Desember (2008). Format laporan disusun sesuai dengan ketentuan yang berlaku (tahun 2007) yang memuat 10 kegiatan dengan rincian penggunaan: persiapan (10%), pelaksanaan (75%), laporan dan pemantauan (5%), dan diseminasi (10%).

Adapun pelaksanaan kegiatan pemberdayaan diharapkan berlangsung paling lambat minggu ke-3 bulan Januari 2009, dengan prioritas utama: kegiatan evaluasi/pengembangan KTSP (2 hari = 18 jam) dan Karya Tulis Ilmiah (1 hari = 6 jam pelajaran). Narasumber yang diikutsertakan dalam kegiatan, di antaranya Widyaiswara (LPMP), guru pemandu, instruktur, pengawas, kepala sekolah, atau guru potensial.

Mengingat banyaknya KKG/MGMP yang menggelar agenda kegiatan pemberdayaan yang sama di tengah keterbatasan narasumber, para penanggung jawab Pokja di setiap KKG/MGMP diharapkan dapat berkoordinasi lintas Pokja untuk menentukan alternatif kegiatan yang lebih efisien. Kegiatan evaluasi dan pengembangan KTSP, misalnya, bisa digelar untuk beberapa Pokja yang serumpun, sedangkan seminar KTI bisa digelar untuk seluruh Pokja. Hal itu diserahkan sepenuhnya kepada para penanggung jawab Pokja di daerah masing-masing. ***
(Baca lanjutannya ....)