Kartini dan Kesetaraan Gender

Di alam keabadiannya sana, R.A. Kartini boleh jadi tersenyum lega menyaksikan kiprah kaum perempuan Indonesia masa kini di ranah publik. (Nyaris) sudah tak ada lagi belenggu yang bisa merintangi gerak bagi kaum perempuan di berbagai bidang kehidupan. Kaum perempuan masa kini sudah banyak yang berpendidikan tinggi; sejajar dengan kaum pria. Berkat pemikiran dan gagasannya, kaum perempuan Indonesia sudah berhasil melintasi fase-fase keterbelakangan dan marginalisasi. Tak hanya dalam ranah pendidikan, kaum perempuan Indonesia juga sudah banyak yang mampu menorehkan prestasi mengagumkan dalam sektor-sektor publik, baik di bidang ekonomi, politik, maupun hukum.

kartiniMeski demikian, gagasan dan pemikiran Kartni dinilai belum sepenuhnya bisa terwujud. Secara jujur mesti diakui, masih banyak fenomena sosial yang menggambarkan tentang munculnya bias gender, baik dalam bentuk kekerasan terhadap kaum perempuan, pelabelan, marginalisasi (peminggiran), maupun beban ganda. Masih kuatnya kultur patriarki dalam strata masyarakat kita, membuat kesetaraan gender yang digagas Kartini masih mengalami banyak hambatan.

Dalam konteks demikian, sungguh arif apabila nilai-nilai kesetaraan gender ini secara implisit mulai terakomodasi dalam dunia pendidikan. Sebagai kawah candradimuka peradaban, institusi pendidikan bisa dibilang sebagai media yang strategis untuk menanamkan nilai-nilai kesetaraan gender kepada anak-anak bangsa yang kini tengah gencar menimba ilmu. Dalam KTSP pun, kesetaraan gender dijadikan sebagai salah satu prinsip dalam penyusunan dan pengembangan kurikulum, sehingga pelan tapi pasti, dunia pendidikan mampu mendesain sebuah sistem pendidikan yang mampu memuliakan derajat kaum perempuan. Ini artinya, setiap satuan pendidikan (sekolah) mesti mulai memasukkan sikap responsif gender ke dalam kurikulum, misalnya, melalui bahan ajar lintas-mata pelajaran.

Pengarusutamaan gender dalam dunia pendidikan memang tidak diarahkan untuk melakukan perlawanan terhadap kuatnya budaya patriarki yang masih demikian kuat dalam struktur masyarakat kita, tetapi lebih diorientasikan untuk menanamkan nilai-nilai kesetaraan gender secara alamiah, sehingga tidak terjadi gesekan dan friksi antara sekolah dan masyarakat. Melalui penanaman nilai kesetaraan gender secara alamiah dan mengalir sesuai dengan dunia peserta didik, budaya patriarki yang dinilai kurang menghargai peran dan kiprah kaum perempuan di ranah publik, pelan tapi pasti akan hilang pada beberapa generasi mendatang.

Nah, selamat merayakan Hari Kartini dan Dirgahayu Perempuan Indonesia! ***

6 komentar:

  1. paket abc » PAKET C » Kartini dan Kesetaraan Gender | MGMP BAHASA INDONESIA SMP mengatakan...

    [...] See more here:  Kartini dan Kesetaraan Gender | MGMP BAHASA INDONESIA SMP [...]

  2. paket abc » PAKET C » Kartini dan Kesetaraan Gender | MGMP BAHASA INDONESIA SMP mengatakan...

    [...] View original post here:  Kartini dan Kesetaraan Gender | MGMP BAHASA INDONESIA SMP [...]

  3. paket abc » PAKET C » Kartini dan Kesetaraan Gender | MGMP BAHASA INDONESIA SMP mengatakan...

    [...] Read more:  Kartini dan Kesetaraan Gender | MGMP BAHASA INDONESIA SMP [...]

  4. paket abc » PAKET C » Kartini dan Kesetaraan Gender | MGMP BAHASA INDONESIA SMP mengatakan...

    [...] Original post:  Kartini dan Kesetaraan Gender | MGMP BAHASA INDONESIA SMP [...]

  5. paket abc » PAKET C » Kartini dan Kesetaraan Gender | MGMP BAHASA INDONESIA SMP mengatakan...

    [...] Here is the original post: Kartini dan Kesetaraan Gender | MGMP BAHASA INDONESIA SMP [...]

  6. paket abc » PAKET C » Kartini dan Kesetaraan Gender » MGMP BAHASA INDONESIA SMP mengatakan...

    [...] Originally posted here:  Kartini dan Kesetaraan Gender » MGMP BAHASA INDONESIA SMP [...]

Posting Komentar